Pertanyaan yang pertama kali
muncul dalam benak pembaca adalah apa makna kata kelor yang menyertai kata
ekspedisi pada judul di atas. Saya percaya kalau kata ekspedisi teman-teman sudah
mengerti apa maksudnya. Nah, kata kelor ini yang menjadi sedikit aneh dalam
perjalanan kali ini. Apakah kelor yang di maksud di sini merujuk pada sebuah
tanaman yang daun dan buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan serta segudang
manfaat untuk pengobatan dan yang lebih penting lagi sebagai tanaman pencegah
longsor. Jika para pembaca memaknai kata kelor seperti yang disebutkan di atas maka tebakan teman-teman tepat sekali. Setelah
mengetahui makna kata kelor di atas saya yakin teman-teman kembali akan
bertanya-tanya, lalu apa hubungannya ekspedisi yang erat kaitannya dengan
aktivitas sebuah perjalanan dengan kelor yang maknanya adalah makanan.
![]() |
Observasi Puncak Kelor dari jauh |
![]() |
Pohon Kelor, Foto kebunbibit.id |
Mari, bersama kita selami makna
yang tersembunyi di balik penamaan perjalanan kali ini yang diberi nama dengan
ekspedisi kelor. Komunitas kami tNBA (the North Borneo Adventure) merupakan
komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan. Dari penjelasan singkat di
atas apakah teman-teman sudah mengerti? Kalau belum izinkan saya untuk terus
melanjutkannya. Teman-teman sambil membaca bisa menyeruput kopi dan ditemani
dengan gorengan.
tNBA berupaya untuk menjadi
sebuah komunitas yang terdepan dalam penanganan masalah lingkungan serta senantiasa memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi lingkungan.
Hari Sabtu (27/8) Kali ini kami melakukan penanaman di wilayah
kawasan Hutan Lindung Pulau Nunukan. Target kali ini adalah puncak tertinggi Pulau
Nunukan yang berada dalam kawasa Hutan Lindung dengan ketinggian 221 mdpl. Tanaman
yang dipilih untuk ditanam kali ini adalah kelor sebanyak 30 batang. Pemilihan
kelor sebagai tanaman yang ditanam bukan tanpa pertimbangan yang matang. Kelor
merupakan tanaman yang mampu hidup dan bertahan walau dengan kondisi kekurangan
air serta memiliki akar yang kuat dan memiliki segudang manfaat baik untuk
manusia maupun lingkungan. Sampai disini teman-teman sudah tau apa makna dari “Ekspedisi
Puncak Kelor” diatas.
Perjalanan kami mulai dari Kios
al-mubarak pukul 08.00 WITA dengan mengendarai sepeda motor. Sampai di Pos I
lebih kurang pukul 08.20 WITA, di Pos I sebelum melanjutkan perjalanan ke
puncak kelor maka selayaknya sebagai manusia yang baik perjalanan kali ini di awali
dengan doa secara bersama yang dipimpin oleh Firman.
![]() |
Situasi di Pos I, masih ceria terlihat.. |
Jalur menuju puncak kelor
lumayan berat dengan kontur mendaki yang lebih dominan. Ditambah dengan jalur
yang baru di buka pada saat perjalanan tadi. Pemandangan di Pos II terlihat sangat menakjubkan walaupun lutut ini sudah bergetar dengan getaran lebih kurang 8,5 skala richter akibat jalur pendakian dari Pos I ke Pos II sangat menguras tenaga.
![]() |
Situasi di Pos II, senyuman yang dipaksakan akibat kelelahan |
Tepat pukul 09.50 WITA kami sampai di Puncak, suatu kebanggaan bisa berdiri di puncak tertinggi Pulau Nunukan, miris memang melihat situasi dan kondisi dipuncak pohon-pohon besar hanya tingal beberapa aja dan bisa dihitung dengan jari, apabila tidak dijaga dengan sebaik-baiknya tidak menutup kemungkinan pohon itu pun suatu saat akan di tumbangkan.
Walaupun hanya pohon kelor yang bisa kami tanam setidaknya ini merupakan ajakan dari kami untuk seluruh elemen masyarakat yang hidup di Pulau Nunukan bahwa menanam pohon jenis apa saja dan dimana saja akan sangat membantu setidaknya bisa berguna bagi lingkungan dan kita.
![]() |
Puncak Kelor |
Mungkin terlihat foto di atas tidak seperti biasanya, dimana-mana tiap organisasi atau pun ormas-ormas yang namanya ekspedisi pasti membawa bendera komunitas dan bendera Merah Putih sebagai tanda pengenal dari kelompok/komunitas tersebut, tapi kali ini kami tNBA hanya ingin satu saja bendaera yang kami kibarkan dan kami tampilkan yaitu bendera Republik Indonesia merah putih, sebagai bentuk penghormatan kami kepada para pejuang yang telah berjuang memerdekakan tanah air ini.